oleh Farida Dwi
Farida Dwi Ermawati atau sering dipanggil Wiwi, adalah alumni dari program We Create Change Vol. 2 sekaligus pendiri Lady Farmer Coffee. Kepeduliannya pada dampak kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, menggerakan Wiwi untuk bergabung dalam komunitas petani dan aktif mengadakan pelatihan pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan limbah yang ada.
Dari pengalaman ini, Wiwi yang saat ini terjun sebagai petani kopi yang fokus pada pertanian permaculture, bertekad untuk membantu menyuarakan tantangan yang dihadapi petani di daerahnya, khususnya terkait dampak perubahan iklim, agar kedepannya mendapat dukungan dari pengambil kebijakan dan pihak-pihak berwenang.Di kebun kopinya, Wiwi berkomitmen untuk selalu menggunakan pupuk organik. Ia juga memakai sumber energi terbarukan, seperti solar panel, untuk memproses kopinya, sehingga menghasilkan bijih kopi organik yang yang sangat berkualitas.
Lady Farm Coffee buatan Wiwi hadir sebagai usaha sosial di bidang pengolahan kopi, di mana proses pengolahnya dari mulai menanam sampai ke proses pasca panen adalah dilakukan oleh Perempuan. Untuk mendapatkan produk yang punya nilai jual tinggi, Dwi dan Timnya selalu mengutamakan cita rasa khas kopi Arabika di daerahnya, .Banjar Negara, Jawa TengahDengan demikian mereka menunjukan bahwa perempuan mampu memproses kopi dengan sempurna dan mampu bersaing dalam industri perkopian yang banyak dilakukan oleh lelaki,
"Kami yakin dan percaya peran petani perempuan yang selama ini jarang terlihat mereka mampu menjaga kualitas biji kopi sehingga biji kopi punya nilai jual yang tinggi, secara tidak langsung apabila kopi terjual dengan harga tinggi petani perempuan mendapatkan hasil yang bisa membantu penambahan ekonomi keluarga."
Oleh Linda Nursanti dan rekan
Linda Nursanti, Alumni Program She Create Chane Vol. 1 yang sangat perhatian dengan isu limbah dan sampah, bersama rekannya, Nimas Ayu (yang namanya dijadikan branding produk sabun natural) mengajak sebanyaknya teman-teman untuk beralih ke sabun natural yang lebih sehat dan kulit dan juga ramah lingkungan. Proses pembuatan serta bahan-bahan alami yang digunakan halal dan terkurasi buatan lokal.
Semua material dari produk Nimas Ayu Natural Soap dibeli dari petani lokal Blitar, Jawa Timur, yang ditanam dengan sistem penanaman organik. Selain natural usaha kecil dari dua sahabat ini juga turut memberdayakan UMKM dan petani di sana.
Banyak sekali varian dan aroma sabun batang yang bisa kita pilih. Mulai dari varian buah, rempah, sampai madu, susu, kopi, dan umbi-umbian yang kesemuanya memiliki manfaat masing-masing bagi kulit dengan harga yang sangat terjangkau.
Nimas Ayu Natural Soap lahir lahir untuk kesehatan keluarga indonesia dan mengurangi beban limbah sabun di lingkungan hidup kita serta wadah untuk mendukung UMKM Blitar.
oleh Linda Nursanti dan Rekan
Arthup singkatan dari Art of Hope gerakan kolaborasi seni bersama penyandang disabilitas mental (PDM) yang berada di Blitar, Jawa Timur. Melalui Arthup, PDM dapat menyalurkan kegiatan seni menggambar dan gambarnya dicetak secara digital dan diolah menjadi berbagai macam merchandise seperti kaos atau T-shirt, cangkir atau mug, tas sederhana seperti totebag bergambar, dan lain sebainya.
Kegiatan Arthup sepenuhnya bersifat sosial di mana keuntungan yang diperolah dari hasil penjualan merchandise dibagi untuk insentif pekerja Arthup, operasional kegiatan seni dengan Penyandang disabilitas Mental, serta bantuan sembako yang disalurkan melalui Posyandu daerah Waluyojiwo.
Arthup hadir dengan medium menggambar sebagai katarsis bagi para Penyandang Disabilitas Mental (PDM). Karena para Pendiri Arthup yakin, masalah mental perlu disalurkan melalui medium yang positif.
Gerakan Perempuan Bantu Perempuan untuk Keadilan Menstruasi
Organisasi Biyung berdiri di Yogyakarta pada tahun 2018 oleh Ani, Alumni Program She Create Change Vol.1
Biyung adalah organisasi yang berfokus pada upaya untuk mendorong terwujudnya keadilan menstruasi dan memperkuat perempuan dalam mencapai kesejahteraan bersama, serta berkontribusi pada usaha pelestarian lingkungan.
Biyung ingin ambil bagian dari upaya mengakhiri period poverty di Indonesia melalui gerakan Perempuan Bantu Perempuan untuk Keadilan Menstruasi, dengan menggiatkan edukasi dan advokasi Hak Menstruasi Sehat bagi semua individu yang menjalani menstruasi, tanpa diskriminasi.
Biyung menggunakan pembalut kain sebagai salah satu media edukasi untuk berbicara tentang:
Biyung memiliki unit usaha Biyung yang memproduksi dan menjual produk pendukung kesehatan menstruasi. Hasil penjualan produk Biyung digunakan untuk program edukasi keliling.
Biyung juga menggalakkan program donasi Period Sister. Program ini merupakan program galang donasi dan kakak asuh untuk membantu perempuan, anak perempuan atau individu dari kelompok rentan untuk mendapatkan: paket pembalut kain gratis, edukasi kesehatan menstruasi, menghemat pengeluaran membeli pembalut dan mengurangi sampah plastik dan melestarikan lingkungan.
Menjadi Period Sister berarti juga ikut mendukung pemberdayaan ekonomi komunitas perempuan yang memproduksi pembalut kain. Kontak Biyung melalui kanal berikut ini:
Keychain Imut dari Limbah Kertas
Ada banyak cara berkontribusi di dunia hijau, salah satunya bisa melalui Zero Waste Management seperti yang dilakukan oleh Dyah Hastari, Changemakers WeSpeakUp.org yang tergabung dalam program We Create Change Vol.3
Dyah adalah ketua UKM dan mahasiswa jurusan manajemen yang memiliki ketertarikan pada isu pengelolaan sampah terpadu. Dia tertarik untuk mendaur ulang sampah dan menciptakan barang baru yang unik, seperti produk yang dia beri nama Kertasisa.
Kertasisa adalah manifestasi hasil dari inisiasi pemanfaatan pengelolaan limbah kertas bekas dengan mengutamakan prinsip Zero Waste Management.
Saat ini Kertasisa mulai mengembangkan produknya menjadi gantungan kunci dengan berbagai bentuk mulai dari kumbang, kupu-kupu, dan aneka motif bunga.
Produk dari Kertasisa memanfaatkan limbah kertas yang sudah terbuang, menjadi barang cantik yang bernilai dengan mengusung tema, "Change Waste Paper to Valuable Items"
Mulai dari September 2024, Kertasisa berkomitmen untuk mengupayakan langkah pengelolaan lingkungan sekaligus mengajak masyarakat untuk berdaya dan berdampak melalui Zero Waste Management.
Produk Kertasisa bisa didapatkan melalui nomor kanal pembelian berkut: Admin Kertasisa atau melalui akun Instagram @kertasisa
Menulis Sebagai Alat Perjuangan
Dian Purnomo adalah seorang Penulis dan Alumni program She Creates Change Vol. 2. Dia telah menerbitkan 10 buku dan saat ini berfokus untuk menggunakan buku dan tulisan sebagai alat perjuangan.
Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam adalah potret perjuangan perempuan Sumba yang menjadi korban Kawin tangkap. Saat ini sedang dalam proses ditranslasi ke Bahasa Polandia dan diterbitkan di sana.
Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut merupakan senjata berjuangnya Bersama masyarakat Sangihe, untuk mempertahankan ruang hidup mereka dari gempuran tambang emas. Setengah dari royalti buku ini akan kembali ke perjuangan Selamatkan Sangihe Ikekendage.
Sejak 2019 Dian menghidupkan sesi Nulis di Taman, yang berniat mengompori pesertanya untuk menggunakan tulisan sebagai alat perjuangan. Bayaran dari sesi nulis ini adalah satu perbuatan baik untuk lingkungan/kemanusiaan. Sesi menulis ini jika tidak dilakukan secara daring, maka dihelat di ruang terbuka, untuk membiasakan pesertanya keluar dari gedung dan dinginnya AC yang tidak ramah lingkungan.
Berminat untuk ikut sesi menulis di taman bareng Dian atau ingin membeli bukunya? Teman bisa langsung mengklik link linktr.ee/dianpurnomo