Gilang

Gilang kini aktif sebagai staf komunikasi dan advokasi di Auriga Nusantara. Salah satu keresahannya adalah soal ketergantungan Indonesia yang masih tinggi terhadap energi batubara. Tahun 2019 Gilang punya pengalaman personal mendampingi warga Winong, Cilacap, korban infeksi saluran pernapasan akut akibat terpapar asap limbah PLTU batubara. Debu dari PLTU menempel di pepohonan, tanah, lantai hingga masuk ke rumah warga. Bertahun-tahun kondisinya begitu, hingga 150 warga kena infeksi nafas.

“Masalahnya sampai 2030 aja, pemerintah masih akan menambah kapasitas PLTU sebesar 13,8 gigawatt. Ini artinya Indonesia akan membangun lebih banyak PLTU dan jumlah warga yang akan terkena infeksi pernapasan juga akan makin banyak,” kata Gilang. Dengan rancangan transisi energi yang sedang dibahas saat ini, Gilang juga mendalami soal co-firing yang wacananya akan dijadikan substitusi PLTU batubara. Dia berharap ada lebih banyak riset dan pembicaraan di publik mengenai isu co-firing ini, karena ia khawatir teknik membakar biomassa yang berupa serbuk gergaji, pelet kayu itu justru mengancam hutan dan menimbulkan emisi. Gilang berharap ada regulasi yang kuat terkait co-firing.

Dukung Petisi Gilang: Ditjen Minerba, Stop Pemberian Izin Tambang di Pulau Kecil

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram