Dampak perubahan iklim terhadap kelompok rentan adalah persoalan yang menjadi perhatian Silvy. Dia mengalami sendiri bencana banjir dan abrasi akibat cuaca ekstrim dan kerusakan lingkungan di daerahnya tahun 2021 lalu. Pengalaman itu juga yang memotivasinya aktif bergabung di Fajar Sikka, organisasi yang didirikan oleh transpuan lokal, dimana mereka bukan saja memberikan bantuan kepada warga terdampak untuk pulih, tapi juga mendukung pemberdayaan kelompok rentan - termasuk transpuan, penyandang disabilitas, lansia, dan janda agar dapat bangkit dan mandiri secara ekonomi pasca bencana.
Salah satu kontribusi Silvy untuk menyuarakan isu lingkungan adalah dengan mengikuti diskusi komunitas seputar isu pengelolaan sampah dan penanaman kembali lahan dan hutan yang rusak. Menurutnya, masyarakat adat dan forum pemuda adat harus dilibatkan dalam upaya pengelolaan lahan dan pengendalian bencana agar kebijakan atau inisiatif yang dihasilkan tepat sasaran dan berpihak pada masyarakat rentan. Sebagai seorang transpuan yang aktif memperjuangkan hak-haknya dan memberantas perlakuan diskriminatif, Silvy juga punya kepedulian besar terkait persoalan kekerasan rumah tangga dan penghapusan diskriminasi.
